Pakpak Bharat, Transpublik.com –Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat menyelenggarakan penelitian ekskavasi arkeologi di Situs Perabuen Mejan Padang, Jambu Bellang, Desa Siempat Rube II selama 15 hari sejak 9-24 Oktober 2023.
Mimi Savitri selaku Wakil Dekan bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Kerjasama Fakultas Ilmu Budaya UGM sekaligus koordinator tim ekskavasi arkeologi menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ekskavasi ini untuk mengungkap kehidupan masyarakat Pakpak Bharat di masa lampau melalui tinggalan arkeologis yang ditinggalkan oleh leluhur, ucapnya, Pakpak Bharat, Selasa (18/10/2023).
“Kami berharap dengan penelitian ini tidak hanya mengungkap misteri mejan Pakpak Bharat, tapi juga meneliti pendukung budaya mejan tersebut,” kata Mimi Savitri.
Selama sepuluh hari bekerja, tim berhasil menggali gundukan yang berada pada Situs Cagar Budaya Mejan/ Parabuen Marga Padang. Hasil yang diperoleh dari penggalian ini berupa sekumpulan batu yang ditata melingkar dengan diameter 310 cm. Delapan pertulanen ditemukan di antara kumpulan batuan tersebut. Pada pertulanen atau tempat untuk abu jenazah tersebut ditemukan sisa-sisa pembakaran berupa serpihan tulang dan arang. Penggalian arkeologis dalam upaya mengungkap tatanan batu secara in situ (di dalam tanah) ini baru pertama kali dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat dan berhasil mengungkap situs perabuen (perabuan) yang masih asli (in situ) karena masih berada di dalam gundukan tanah dan belum terjamah oleh manusia masa kini.
Peninggalan arkeologis di Jambu Bellang, Desa Siempat Rube II meliputi mejan, pangulubalang, parabuen serta fragmen keramik asing maupun gerabah lokal. Berdasarkan hasil survei dan ekskavasi arkeologi yang dilakukan oleh tim diketahui bahwa keramik asing yang telah dikenal oleh masyarakat Pakpak Bharat di masa lalu berasal dari Tiongkok, tepatnya Dinasti Sung (12-13 Masehi), Ming (14-16 Masehi), dan Qing Awal (16-17 Masehi). Selain keramik asing Tiongkok ditemukan pula keramik asing dari Vietnam (16 Masehi) dan Belanda. Keramik asing yang ditemukan itu meliputi piring, mangkuk, dan cawan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat pendukung Mejan Pakpak Bharat telah menjalin kontak perdagangan dengan bangsa asing sejak abad ke-12 Masehi. Keramik asing tersebut diyakini sebagai komoditas dagang yang bernilai tinggi. Hanya orang-orang dengan tingkat ekonomi mapan saja yang dapat membeli dan menggunakan keramik dari luar negeri untuk kebutuhan sehari-hari maupun ritual yang terkait dengan perabuen.
“Penemuan keramik asing di Situs Perabuen Mejan Padang mengindikasikan bahwa leluhur orang-orang Pakpak Bharat adalah orang-orang yang sudah go internasional atau memiliki pergaulan yang luas dengan bangsa luar. Hal ini membuktikan bahwa orang Pakpak Bharat pada masa lalu sudah mendunia dan makmur secara ekonomi, suatu hal yang patut dibanggakan,” tegas Mimi Savitri.
Tim arkeologi FIB UGM dalam penelitian ini turut melibatkan masyarakat setempat sejak survei hingga ekskavasi. Adanya keterlibatan masyarakat ditujukan untuk memupuk rasa memiliki dan kesadaran atas benda cagar budaya yang merupakan warisan leluhurnya. Pada kesempatan penelitian ini, tim arkeologi FIB UGM juga memperhatikan lanskap Jambu Bellang untuk mengetahui bagaimana para leluhur menata pemukiman mereka sehingga aman ditempati. Wawancara kepada para tetua desa juga dilakukan untuk melengkapi pemahaman terkait dengan kehidupan Pakpak Bharat di masa lampau.
Ekskavasi arkeologi pertama ini dilakukan masih di Situs Perabuen Mejan Padang, Jambu Bellang, Desa Siempat Rube II, dengan banyak nya varian dan jumlah arkeologi yang menyebar di wilayah Pakpak Bharat, maka sangat penting untuk melakukan penelitian lanjutan yang telah direncanakan Tahun 2024 dengan lebih terstruktur mengingat topografi dan aksesibiltas lokasi mejan yang cukup ekstrem demi melestarikan dan melindungi kekayaan leluhur Suku Pakpak.
Anggota tim yang terlibat terdiri dari tiga orang dosen Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, UGM: Drs. Musadad, M.Hum; Dr. Tular Sudarmadi, M.A. dan Aditya Revianur, M.Hum. Mereka dibantu oleh dua orang freshgraduate Candrika Ilham Wijaya, S.Ark dan Syifa Oktavia S.Ark; serta dua mahasiswa arkeologi UGM Kyra dan Iqbal.
(TP/DG)